12:26 AM

SURAT CINTA UNTUKNYA...

Q bukan superstar…kaya dan terkenal..
Q bukan saudagar…yang punya banyak kapal…
Q bukan bangsawan, Q bukan priyayi…
Q hanyalah orang yang ingin dicintai…

Zaa begitu menghayati lagu itu. Lagu yang sekarang sedang bertengger dipuncak tangga lagu negeri antah berantah. Bukannya Zaa merasa kurang dengan semua sayang dan cinta yang diberikan oleh matahari…maupun oleh teman2nya. Zaa sedikit menginginkan sayang dan cinta yang lain…sayang dan cinta yang selalu diliat Zaa ketika Zaa main kerumah salah satu temannya.

Zaa tau…tak ada orang lain yang menyayangi Zaa melebihi kasih sayang ibunya. Tapi…Zaa merasa sedikit beda. Sayang dan cinta seorang ibu yang tak pernah Zaa meragukannya, kadang terasa menyakitinya. Zaa sadar…gaya dan pola hidup di zaman ibunya berbeda dengan sekarang. Mungkin ibunya terbiasa dididik dengan cara demikian sehingga tanpa disadari beliau menerapkan hal yang sama pada putera2 tercintanya. Melalui tangis ditengah malam ketika bercengkerama dengan Tuhannya, Zaa mengungkapkan betapa dia ingin sekali merasakan kelembutan dari cinta seorang ibu. Zaa ingin merasakan belaian sayang dan kata2 lembut penentram jiwa. Bukan kata2 kasar yang justru meremuk redamkan hati. Zaa ingin agar Tuhan mau membantu ibu untuk menyampaikan sayangnya dengan lembut, karena Zaa tau…sebenarnya ibunya juga ingin bisa lembut dalam meyampaikan rasa sayangnya.

Ibu….Zaa sayang padamu. Percayalah…Zaa tak pernah ingin menyakitimu…
Dengarlah itu ibu……

11:17 PM

SAYAP YANG PATAH…

Saat ini Zaa sedang mengalami perang batin. Dia bingung akan banyak hal yang terjadi di sekitarnya. Keluarga yang tiba2 menjadi aneh, kuliah yang mendekati deadline, teman yang agak sedikit ‘beda’…semuanya membuat Zaa bener2 kehilangan keseimbangan dalam menjalani hari2nya. Tapi untunglah, ada matahari yang tak pernah lelah memberinya cinta…matahari yang memberinya senyum tiap pagi dan tanpa lelah menemani Zaa dalam keadaan apapun.

Tapi…episode sulit dalam hidup Zaa perlahan mulai bergeser. Satu per satu masalah menemukan jalan keluarnya. Alhamdulillah…keluarganya kembali baik, kuliahnya kembali ke jalan yang benar (Zaa kembali tegak berdiri demi senyum matahari yang dia sayangi)…..hanya ada satu yang belum bisa selesai. Tak sedikit waktu yang dihabiskan Zaa untuk memahami semuanya. Meski akhirnya Zaa dan temannya tadi sudah melakukan perjanjian damai…tapi tanpa Zaa mengerti, hati kecilnya masih terluka. Zaa tak ingin semuanya sia2, Zaa ingin menepati komitmennya. Tapi…sekali lagi, dibalik kalimat ‘aku hanya manusia biasa, aku belum bisa…terlalu dalam luka ini…’, Zaa berlindung. Tiap malam Zaa menangis, menangisi kenapa ikhlas tak kunjung menghuni hatinya. Baru kali ini Zaa mengalami betapa sulitnya memaafkan. Teman yang dia percayai, teman yang sangat dia sayangi, teman yang berusaha selalu dijaga hatinya, tiba2 berubah menjadi lain. Zaa tak menyadari kalau dia perlahan telah menyakiti hati temannya, meski sebenarnya tak pernah ada sedikitpun niat untuk menyakitinya. Tapi apa mau dikata…meski sudah dijelaskan, tetap tak ada titik temu. Zaa dianggap tak bisa menerima keadaan temannya. Pikiran Zaa hanyalah bagaimana menjadi baik secara bersama. ‘Apa ada yang salah dengan itu semua??’, batin Zaa. Zaa merasa kejadian terakhir di negeri orang itu sangat menyakitinya, membuatnya malu, dan sadar bahwa Zaa tak pernah memiliki arti di kehidupan temannya. Meski bagi Zaa, dia adalah salah satu bagian terpenting dalam hidupnya. Dan Zaa juga selalu tulus dalam menyayangi temannya meski Zaa pernah dianggap menjadi orang yang sok peduli. Tapi itulah Zaa…pribadi seorang Zaa…

Sekarang…dengan satu sayap yang tersisa, bersama dengan matahari yang hari ini memaksa diri tersenyum juga, Zaa bertanya pada langit dan hamparan rumput di depan matanya…’apa arti JADI DIRI SENDIRI dan MENERIMA APA ADANYA…???’…Zaa menitikkan air matanya dan berdoa agar hatinya terbebas dari segala noda dan kembali bersih di hari yang fitri ini.